Halaman

KELAS X

KELAS VIII

Selasa, 27 April 2021

Makanan Halal Dan Haram

 


Makanan Halal Dan Haram

Arti makanan halal

Makanan halal adalah makanan yang diijinkan oleh Syariat Islam untuk dikonsumsi. Adapun Syariat Islam adalah ketentuan yang bersumber dari perintah Allah Swt dan Rasulullah Saw. di dalam Al-Quran dan Hadits.

Dalil memakan makanan halal dan haram

Sebagai dasar hukum memakan makanan halal haram terdapat dalam QS. Al-Baqarah 168 tentang makanan yang halal lagi baik yang berbunyi  :



Dalil lain terdapat dalam QS. Al-Baqarah 172 tentang makan dari rezeki yang baik:


Macam-macam makanan halal

Adapun jenis-jenis makanan halal dibagi menjadi tiga kategori, antara lain;

  1. Makanan halal lidzatihi / halal menurut dzatnya, yaitu makanan yang pada hukum asalnya memang sudah halal. Contoh makanan halal lidzatihi adalah makanan pokok, semua ikan di laut, binatang ternak selain babi dan anjing.
  2. Makanan halal karena cara memperolehnya, yaitu makanan yang diperoleh dengan cara yang halal, seperti dibeli dengan uang hasil bekerja, berupa pemberian/hibah/shodaqah.
  3. Makanan halal yang diolah dengan cara yang halal, yaitu makanan yang diolah dengan proses halal baik dari segi peralatan maupun bumbunya. Misalnya memasak nasi goreng dengan bahan halal, alat bukan bekas masak makanan haram, dan bumbu yang halal.

Ciri-ciri makanan halal

Makanan halal memiliki ciri-ciri sebagai berikut;

a. Dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadits
b. Bermanfaat bagi kesehatan manusia
c. Tidak berbahaya dan tidak merusak jasmani ruhani
d. Bersih dan tidak najis

Manfaat terbiasa memakan makanan halal

1. Terhindar dari murka Allah Swt
2. Terpelihara kesehatan kita
3. Hati dan fikiran menjadi bersih
4. Dilipatgandakan rezekinya oleh Allah Swt karena ketaatannya sebagai bentuk rasa syukur
5. Bukti Islam agama yang baik dan mengajarkan kebaikan

Hikmah mengonsumsi makanan halal

a. Terjaga kesehatan jasmani dan ruhani
b. Doanya mudah dikabulkan Allah Swt
c. Dijauhkan dari siksa api neraka
d. Menumbuhkan perbuatan baik

Makanan haram

Arti makanan haram

Makanan haram adalah makanan yang dilarang untuk dikonsumsi menurut syariat Islam. Larangan memakan makanan haram telah dijelaskan di dalam Al-Quran dan Hadits Rasulullah Saw.

Dalil makanan haram



Macam-macam makanan haram

a. Haram ‘Aini yaitu makanan yang hukum asalnya memang sudah diharamkan. Contohnya daging babi, darah, dan bangkai.

Atau bisa dirinci lagi sebagai berikut:

  • Berasal dari jenis hewani seperti daging babi, anjing, ulat, buaya, darah hewan dan lain-lain.
  • Berasal dari jenis nabati, seperti ganja, kecubung, terompet syetan dan tanaman-tanaman lain yang mengandung racun atau memabukkan.
  • Berasal dari perut bumi, seperti timah, aspal, logam dan sebagainya.

b. Haram sababi (lighoirihi), yaitu hukum asal makanan pada dasarnya halal, namun karena ada sebab lain, maka makanan tersebut berubah hukumnya menjadi haram. Sebab utama yang mempengaruhi perubahan hukum berasal dari cara mendapatkan dan mengolah makanannya.

Ciri-ciri makanan haram

a. Membahayakan kesehatan
b. Merusak akal pikiran, tubuh dan jiwa
c. Memabukkan atau beracun
d. Kotor dan menjijikkan

Beberapa jenis makanan yang diharamkan Allah Swt;

a. Bangkai, kecuali ikan dan belalang
Dalil/dasarnya hadits Rasulullah Saw:

وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ. فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ : فَالْجَرَادُ وَالْحُوتُ وَأَمَّا الدَّمَانِ : فَالطِّحَالُ وَالْكَبِدُأَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَهْ وَفِيهِ ضَعْفٌ

Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai, yaitu ikan dan belalang“.(HR. Ibnu Majah).

b. Darah, kecuali hati dan limpa binatang halal. Segala darah bagaiamanapun dimasak, hukumnya tetap haram. Di lingkungan masyarakat biasanya ada jenis masakan berasal dari darah yang digoreng yang biasa disebut dengan “Dideh/Saren/Maras”.

c. Makanan buruk, menjijikkan atau najis, seperti kecoa, lalat, tikus, cacing, kutu dan lain-lain.
Dasarnya Qs. Al-A’raf ayat 157: “Diharamkan bagi mereka yang buruk-buruk (Khobaaits)”.

Cara menghindari makanan haram

a. Tanamkan sikap benci dan tidak suka terhadap makanan yang diharamkan
b. Berhati-hati dan teliti dengan makanan yang berada dalam kemasan instant
c. Biasakan membaca basmallah sebelum makan
d. Tanamkan keyakinan bahwa makanan haram akan merusak dan membahayakan jiwa kita

Akibat makan makanan haram

a. Makanan haram akan merusak kesehatan jasmani dan ruhani
b. Doa dan ibadahnya tidak dikabulkan Allah Swt
c. Merusak amal shalih
d. Ketenangan hidupnya dicabut Allah Swt
e. Menyebabkan keturunannya rusak
f. Memunculkan sifat-sifat tercela (syaithoniyyah)











Senin, 26 April 2021

Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya

Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya




Dinasti Umayyah merupakan kekhalifahan pertama setelah era Khulafaur Rasyidin dalam sejarah Islam. Nama dinasti ini diambil dari Umayyah bin 'Abd asy-Syams atau Muawiyah bin Abu Sufyan alias Muawiyah I, salah seorang sahabat Nabi Muhammad, lalu menjadi khalifah yang memimpin pada 661-680 Masehi.

Secara garis besar, era Kekhalifahan Umayyah terbagi atas dari dua periode utama, yakni tahun 661-750 M berpusat di Damaskus (kini ibu kota Suriah), kemudian periode 756-1031 M di Cordoba seiring berkuasanya kekuatan muslim di Spanyol, Andalusia.

Berdirinya Dinasti Umayyah bermula dari peristiwa Tahkim atau Perang Shiffin. Dipaparkan oleh Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah (2016), ini adalah perang saudara antara kubu Muawiyah 1 kontra Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 setelah wafatnya Nabi Muhammad.

Perang Shiffin terjadi usai kematian khalifah ketiga, Utsman bin Affan, pada 17 Juni 656, yang membuka peluang bagi Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad, untuk memimpin.

Setelah Ali bin Abi Thalib wafat pada 29 Januari 661, kepemimpinan sempat dilanjutkan oleh Hasan, putra Ali dan cucu Nabi Muhammad, selama beberapa bulan. Hasan kemudian melepaskan jabatannya. 

Usai Hasan bin Ali mundur, Muawiyah I tampil sebagai pemimpin meskipun diwarnai dengan berbagai polemik di antara umat Islam sendiri. Dari sinilah sejarah Kekhalifahan Umayyah dimulai.

Kejayaan Kekhalifahan Umayyah

Secara garis besar, pemerintahan Dinasti Umayyah yang berlangsung selama hampir 90 tahun terbagi dalam dua periode, yakni masa Kekhalifahan yang berpusat di Damaskus (Suriah) dan era kejayaan di Spanyol, Andalusia, dengan pusatnya di Cordoba. 

Maka, wilayah kekuasaan Kekhalifahan Umayyah sangat luas. Dikutip dari History of Islamic Civilization (2017) karya Muhammad Fathurrohman, wilayah tersebut meliputi sebagian besar Timur-Tengah, Asia Selatan, Asia Tengah, pesisir Afrika Selatan hingga Andalusia, yakni kawasan yang kini ditempati Portugal dan Spanyol.

Luasnya wilayah kekuasaan Kekhalifahan Umayyah tidak lepas dari serangkaian penaklukan yang secara bersambung dilakukan dan dikomandani oleh para pemimpinnya, dengan seabrek dinamika yang terjadi di kalangan Bani Umayyah sendiri. 

Rangkaian penaklukan ini merupakan embrio dari Perang Salib dalam misi melawan Eropa. Misi tersebut dilakukan baik dari jalur timur menuju Konstantinopel maupun lewat jalur barat yang akhirnya sampai di Spanyol.

Dinasti Umayyah memiliki peran penting dalam perkembangan Islam. Kekhalifahan ini pernah dipimpin oleh tokoh-tokoh berpengaruh, di antaranya adalah Al-Walid bin Abdul-Malik dan Umar bin Abdul Aziz. 

Di masa pemerintahan Al Walid bin Abdul-Malik (705-715), kekuasaan Kekhalifahan Umayyah meluas hingga ke Spanyol. Penaklukan Andalusia terjadi pada 711 Masehi.

Pembangunan diutamakan pada masa ini. Dibangunnya rumah sakit dan Masjid Al Amawi di Damaskus, Masjid Al Aqsa di Yerussalem, perluasan Masjid Nabawi di Madinah, merupakan sejarah penting dari peran Dinasti Umayyah. 

Ketika Umar bin Abdul Aziz (717-720) menjadi khalifah, bidang keilmuan Islam merupakan prioritas utama. Pengarsipan hadis, pengembangan bahasa Arab, ilmu qiraah (membaca Alquran), fikih, hingga berbagai karya tulis maupun produk ilmiah berkembang pesat pada masa ini.

Keruntuhan Dinasti Umayyah

ejayaan Dinasti Umayyah mulai menurun ketika kelompok yang tidak puas terhadap pemerintahan mulai muncul. Bani Abbasiyyah memimpin upaya perlawanan ini dan pada akhirnya melemahkan kekuasaan Bani Umayyah. 

Pertengahan abad ke-6 menjadi masa-masa krusial Kekhalifahan Umayyah. Pada periode ini, Umayyah mulai mengalami kekalahan dari pasukan Abbasiyyah. Hingga akhirnya, pada 750 M Damaskus berhasil direbut oleh Abbasiyyah yang praktis membuat pemerintahan Umayyah jatuh.

Khalifah terakhir Dinasti Umayyah di Damaskus, tulis Imam Subchi dalam Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam (2015), adalah Marwan II bin Muhammad (744-750). Sejak itu, berakhirlah era Umayyah di Damaskus dan dimulailah era baru di Andalusia dengan pusatnya di Cordoba, Spanyol. 

Pemerintahan Kekhalifahan Umayyah di Cordoba berlangsung cukup lama. Namun, keruntuhan mulai terlihat pada perjalanan awal abad ke-9. Mulai muncul intrik dan pergolakan di kalangan sendiri. Wilayah kekuasaan Umayyah pun sedikit demi sedikit tercerai-berai.


Pada 1031, Hisyam III selaku Khalifah Umayyah di Cordoba saat itu, mengundurkan diri dari jabatannya. Situasi semakin kacau lantaran mengalami krisis kepemimpinan. Tidak adanya pemimpin yang mumpuni membuat dewan menteri terpaksa menghapus jabatan khalifah.

Pemerintahan Umayyah di Andalusia pun terpecah-belah menjadi negara-negara kecil hingga akhirnya kekuasaan Islam di Cordoba benar-benar musnah.

Garis Waktu Umayyah di Damaskus

 661 M- Muawiyah I menjadi khalifah dan mendirikan Bani Umayyah 

670 M- Perluasan ke Afrika Utara, penaklukan Kabul 

677 M- Penaklukan Samarkand dan Tirmiz, serangan ke Konstantinopel 

680 M- Kematian Muawiyah, Yazid I naik takhta, peristiwa Karbala 

685 M- Khalifah Abdul-Malik menegaskan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi 

700 M- Kampanye menentang kaum Barbar di Afrika Utara 

711 M- Penaklukan Spanyol, Sind, dan Transoxiana 

713 M- Penaklukan Multan 

716 M- Serangan ke Konstantinopel 

717 M- Umar bin Abdul-Aziz menjadi khalifah, reformasi besar-besaran 

749 M- Kekalahan tentara Umayyah di Irak dari pasukan Abbasiyyah 

750 M- Damaskus direbut Abbasiyyah, Kekhalifahan Umayyah jatuh 

756 M- Pisah dari Abbasiyyah, pindah ke Cordoba

Daftar Pemimpin Kekhalifahan Umayyah 

Kekhalifahan Utama di Damaskus

1. Muawiyah I bin Abu Sufyan, 661-680 

2. M Yazid I bin Muawiyah, 680-683 M 

3. Muawiyah II bin Yazid, 683-684 M 

4. Marwan I bin al-Hakam, 684-685 M 

5. Abdullah bin Zubair bin Awwam, 685 M 

6. (transisi) Abdul-Malik bin Marwan, 685-705 M 

7. Al-Walid I bin Abdul-Malik, 705-715 M 

8. Sulaiman bin Abdul-Malik, 715-717 M 

9. Umar II bin Abdul-Aziz, 717-720 M 

10. Yazid II bin Abdul-Malik, 720-724 M 

11. Hisyam bin Abdul-Malik, 724-743 M 

12. Al-Walid II bin Yazid II, 743-744 M 

13. Yazid III bin al-Walid, 744 M 

14. Ibrahim bin al-Walid, 744 M 

15. Marwan II bin Muhammad, 744-750 M


Keamiran di Cordoba 

Abdur-rahman I, 756-788 M 

Hisyam I, 788-796 M 

Al-Hakam I, 796-822 M 

Abdur-rahman II, 822-888 M 

Abdullah bin Muhammad, 888-912 M 

Abdur-rahman III, 912-929 M 


Kekhalifahan di Cordoba 

Abdur-rahman III, 929-961 M 

Al-Hakam II, 961-976 M 

Hisyam II, 976-1008 M 

Muhammad II, 1008-1009 M 

Sulaiman, 1009-1010 M 

Hisyam II, 1010-1012 M 

Sulaiman, 1012-1017 M 

Abdur-rahman IV, 1021-1022 M 

Abdur-rahman V, 1022-1023 M 

Muhammad III, 1023-1024 M 

Hisyam III, 1027-1031 M