Halaman

KELAS X

KELAS VIII

Minggu, 23 Agustus 2020

PENGURUSAN JENAZAH

 




A. Kematian 

1. Sakaratul Maut 

    Gejala mendekati saat kematian atau ketika manusia akan mengalami kematian (sakaratul maut) maka ia akan menunjukan berbagai gejala seperti dinginnya ujung-ujung anggota badan, rasa lemah, kantuk dan kehilangan kesadaran, dan hampir tidak dapat membedakan sesuatu. Dan dikarenakan kurangnya pasokan oksigen dan darah yang mencapai otak, ia menjadi bingung dan berada dalam keadaan delirium (delirium: gangguan mental yang ditandai oleh ilusi, halusinasi, ketegangan otak, dan kegelisahan fisik), dan menelan air liur menjadi lebih sulit, serta aktivitas bernafas lambat. Penurunan tekanan darah menyebabkan hilangnya kesadaran, yang mana seseorang merasa lelah dan kepayahan.

    Di dalam al-Qur’an terdapat ungkapan “sakratul maut”. Sebagaimana firman Allah Swt.:


    Ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai orang yang baru saja meninggal dunia di antaranya: 
a. Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata pelan-pelan. 
b. Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan ditali (selendang) agar tidak kembali terbuka. 
c. Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan. 

2. Proses Pengurusan Jenazah 

    Istilah jenazah berasal dari bahasa Arab, yang berarti mayat dan dapat pula berarti usungan beserta mayatnya. Seorang muslim yang telah meninggal dunia harus segera diurus, tidak boleh ditunda-tunda kecuali terdapat hal-hal yang memaksa, seperti menunggu visum dokter, menunggu keluarga dekatnya dan lain sebagainya. 

    Mengurus jenazah hukumnya farḍu kifāyah, artinya jika dalam suatu daerah terdapat orang yang meninggal dunia, maka orang Islam di daerah tersebut wajib mengurus jenazahnya. Namun jika tidak seorangpun di daerah tersebut melaksanakannya, semua orang Islam di daerah tersebut berdosa. Dasar hukum yang menjelaskan pentingnya merawat jenazah sebagaimana hadits Nabi berikut, yang artinya :



B. Kewajiban Mengurus Jenazah 

    Kewajiban orang Islam terhadap saudaranya yang telah meninggal dunia adalah : 

1. Memandikan Jenazah



    Memandikan jenazah adalah membersihkan dan mensucikan tubuh mayat dari segala kotoran dan najis yang melekat di badannya. Jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki, jenazah perempuan dimandikan oleh perempuan, kecuali suami istri atau mahramnya. 

    Ketentuan dan tata cara memandikan jenazah: 
1. Syarat Jenazah yang dimandikan : 
    a. Beragama Islam 
    b. Tubuh / anggota badan masih ada 
    c. Jenazah tersebut bukan mati syahid 

2. Yang berhak memandikan jenazah 
    a. Jenazah laki-laki yang memandikan laki-laki dan sebaliknya kecuali suami atau istri. 
    b. Jika tidak ada suami/istri atau mahram maka jenazah ditayamumkan. 
    c. Jika ada beberapa orang yang berhak maka diutamakan keluarga terdekat dengan jenazah 

3. Cara memandikan jenazah 
    a. Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain basahan sehingga auratnya tidak terlihat. 
    b. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup. 
    c. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran. 
   d. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya perlahan-lahan         jika jenazah tidak hamil.
    e. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala. 
    f. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya, dan           bersihkan hidungnya. Kemudian, wudhukan seperti wudhu untuk shalat. 
    g. Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu. Kemudian ke sebelah kirinya. 
    h. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan wangi-                  wangian. 
    i. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya. 
    j. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya, itulah yang wajib.                   Sunnah mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil. 
    k. Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari badannya, wajib dibuang dan                            dimandikan kembali. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu untuk diulang mandinya,            tetapi cukup untuk membuang najisnya saja. 
    l. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain atau handuk sehingga tidak membasahi          kafannya. 
    m. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol.                      Pemberian wewangian untuk jenazah sebaiknya menggunakan kapur barus.

2. Mengafani jenazah 

    Mengafani jenazah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah Saw bersabda :


1. Ketentuan: 
    a. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh. 
    b. Kain kafan hendaklah berwarnah putih. 
    c. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedangkan perempuan lima lapis. 
    d. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangiwangian. 
    e. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah. 

2. Cara mengafani jenazah laki-laki 

a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas. Sebaiknya              masing-masing helai diberi kapur barus. 
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan memanjang        lalu ditaburi dengan wangi-wangian. 
c. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. 
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri.                    Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut. 
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau lima ikatan.              Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang lahat. 
f. Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh badan jenazah, tutupkanlah bagian auratnya. Bagian          kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas dan semisalnya. Jika      tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang          ada. Jika banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam            satu kain kafan. Kemudian, kuburkan dalam satu liang lahat, 
    sebagaimana dilakukan terhadap syuhada dalam perang uhud. 

3. Cara mengkafani jenazah perempuan 

Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih, yaitu: 
a. Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih lebar. 
b. Lembar kedua untuk kerudung kepala. 
c. Lembar ketiga untuk baju kurung. 
d. Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki. 
e. Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya. 

Mengafani jenazah perempuan sebagai berikut: 

a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib.                Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan            sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus. 
b. Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. 
c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya. 
d. Pakaikan sarung (cukup disobek saja, tidak dijahit) 
e. Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak dijahit) 
f. Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang. 
g. Pakaikan penutup kepalanya (kerudung) 
h. Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan         kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain kafan yang setelahnya        telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima ikatan, dan dilepaskan ikatannya setelah        diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu, siap untuk dishalatkan.

3. Menshalati Jenazah


Islam sangat mengedepankan persaudaraan sehingga sekalipun salah satu kerabat kita sudah meninggal dunia dan sudah dikuburkan akan tetapi nilai persaudaraan itu masih bisa dirasakan. Di antaranya perintah agar orang-orang Islam yang masih hidup memohonkan ampun dan rahmat kepada Allah Swt. bagi yang telah meninggal dunia. 

Dasar hukum shalat jenazah adalah :


Setelah berdiri kemudian mulai shalat dengan urutan : takbiratul ihram dan niat, membaca surat al-Fatihah, takbir kedua membaca shalawat atas Nabi, takbir ketiga membaca doa untuk si mayat, takbir keempat membaca doa kemudian mengucap salam. 

Adapun tata cara pelaksanaanya adalah:


            2. Membaca Surat Al-Fatihah 
            3. Membaca Shalawat Nabi 
            4 Membaca doa setelah takbir ke 3


            5. Membaca doa setelah takbir ke 4

4. Menguburkan Jenazah 

Setelah dishalatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh empat orang jamaah. Ibnu Mas’ud berkata :

    Sebelum proses penguburan sebaiknya lubang kubur dipersiapkan terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 meter agar bau tubuh yang membusuk tidak tercium ke atas dan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya, secara perlahan jenazah dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan pada lubang lahat, dengan dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali pengikat jenazah bagian kepala dan kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung. 

Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi bantal dengan bulatan tanah atau bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu atau bambu sehingga waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan tanah. Adapun peragaan cara mengubur jenazah dengan mengikuti petunjuk berikut : 
1. Turunlah tiga orang ke liang lahat guna menerima jenazah. Ada yang menerima jenazah pada bagian     kepala, bagian tengah, dan bagian kaki. 
2. Angkatlah jenazah pelan-pelan. Orang yang berada di atas liang lahat bertugas mengangkat jenazah.     Ada yang memegangi kepala, perut dan kaki. 
3. Masukkan jenazah dari arah kaki kubur atau dari samping kubur (mana yang mudah). 
4. Taruhlah jenazah di liang lahat dan menghadap kiblat. 
5. Berilah penyangga dengan tanah secukupnya agar jenazah tetap miring. Penyangga diletakkan pada     bagian kepala dan punggung serta paha. 
6. Kenakan pipi kanan jenazah dengan tanah. Oleh karena itu, lepaskan tali pocong, kain kafan                 dilonggarkan dibagian kepala agar mudah ditarik untuk meletakkan pipi mengenai tanah. 
7. Membacakan adzan dan iqamah pada jenazah.Sebagaimana pendapat Ibnu Hajar alHaitami :



7. Tutuplah liang lahat dengan papan kayu atau yang lain. Hal itu dimaksudkan agar apabila ditimbun,     badan jenazah tidak terhimpit dengan timbunan. 
8. Timbunlah pelan-pelan liang lahat sampai selesai. Maksudnya, agar penutup liang lahat tidak patah.     Timbunan ditinggikan dari tanah sekitarnya agar tidak tergenang air apabila hujan.
9. Berilah tanda dari kayu atau batu. 
10. Mentalqin dan mendoakan jenazah dan keluarga yang ditinggalkannya.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar